Lady Evelyn merupakan puteri tertua dari pasangan Charles Adolphus Murray-Earl of Dunmore ketujuh-dan Lady Gertrude Coke-yang merupakan puteri dari Earl of Leicester kedua. Perempuan yang lahir di Edinburgh pada 1867 ini, disebut-sebut masih keturunan dari Putera William I Inggris, yang juga dikenal sebagai William Sang Penakluk dan William dari Normandia.
Dalam tulisannya yang bertajuk “From Suffolk to Saudi”, editor berita BBC Suffolk, Lis Henderson, mengungkapkan bahwa Lady Evelyn memutuskan untuk memeluk Islam pada akhir 1800-an atau menjelang abad ke-19. Di usia kanak-kanak, ia sudah mempelajari berbagai macam keyakinan. Sewaktu kecil, ia kerap menghabiskan cuti musim dinginnya dengan mengunjungi wilayah Afrika Utara. Di benua hitam inilah Evelyn tertarik dengan Islam.
Lady Evelyn menikah dengan salah seorang anggota keluarga Cobbold, John Dupius Cobbold, pada 1891. Di negeri Inggris, keluarga Cobbold dikenal luas sebagai pengasas Cobbold Brewery, industri pembuatan bir. Namun, pernikahannya dengan John Cobbold tidak bertahan lama. Pada 1922, pasangan ini memutuskan untuk berpisah.
Pada April 1933, ia berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Ia menjadi wanita Inggris pertama yang melakukan perjalanan ibadah haji. Saat menunaikan haji, usianya 65 tahun. Lady Evelyn mengakui, ibadah haji memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya. Ia pun merasa takjub dengan ritual ibadah rukun Islam ini.
“Bayangkan! Seseorang menceburkan diri ke dalam kelompok manusia yang begitu besar dengan jumlahnya mencapai jutaan orang, dan datang dari segenap penjuru dunia untuk melakukan ibadah suci di tempat yang suci. Mereka meleburkan diri ke dalam kelompok manusia, lalu dengan segala kerendahan hati, khusyuk, dan tunduk bersama-sama memuji, membesarkan, dan menyucikan Allah,” ujarnya.
Mengunjungi negeri tempat awal munculnya agama Islam dan menyaksikan tempat-tempat bersejarah dalam perjuangan Rasulullah SAW, menjadi pengalaman yang hebat sepanjang hidupnya. “Dari pengalaman ini, saya terdorong untuk mencontoh kehidupan Rasulullah,” ujarnya.
Dia juga melihat ibadah haji sebagai sarana untuk memperkukuh rasa persaudaraan di kalangan kaum Muslimin di seluruh dunia. Perbezaan warna kulit dan jarak antara satu dan yang lain tidak menjadi penghalang. Segala perbezaan kesukuan dan mazhab dikesampingkan pada saat itu. “Kesatuan akidah umat Islam telah menjadi persaudaraan yang kukuh kuat, persaudaraan yang telah memberikan inspirasi kepada mereka untuk dapat mewarisi kebesaran nenek moyang mereka,” tegasnya.
Pengalamannya selama menunaikan haji ini, kemudian ia tulis dalam sebuah buku berjudul Pilgrimage to Mecca. Buku ini dilancarkan pertama kali pada tahun1934. Seiring perjalanan waktu dan usia yang cukup lanjut, perempuan bangsawan kerajaan Inggris ini akhirnya meninggal dunia pada Januari 1963.
Dalam tulisannya yang bertajuk “From Suffolk to Saudi”, editor berita BBC Suffolk, Lis Henderson, mengungkapkan bahwa Lady Evelyn memutuskan untuk memeluk Islam pada akhir 1800-an atau menjelang abad ke-19. Di usia kanak-kanak, ia sudah mempelajari berbagai macam keyakinan. Sewaktu kecil, ia kerap menghabiskan cuti musim dinginnya dengan mengunjungi wilayah Afrika Utara. Di benua hitam inilah Evelyn tertarik dengan Islam.
Lady Evelyn menikah dengan salah seorang anggota keluarga Cobbold, John Dupius Cobbold, pada 1891. Di negeri Inggris, keluarga Cobbold dikenal luas sebagai pengasas Cobbold Brewery, industri pembuatan bir. Namun, pernikahannya dengan John Cobbold tidak bertahan lama. Pada 1922, pasangan ini memutuskan untuk berpisah.
Pada April 1933, ia berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Ia menjadi wanita Inggris pertama yang melakukan perjalanan ibadah haji. Saat menunaikan haji, usianya 65 tahun. Lady Evelyn mengakui, ibadah haji memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya. Ia pun merasa takjub dengan ritual ibadah rukun Islam ini.
“Bayangkan! Seseorang menceburkan diri ke dalam kelompok manusia yang begitu besar dengan jumlahnya mencapai jutaan orang, dan datang dari segenap penjuru dunia untuk melakukan ibadah suci di tempat yang suci. Mereka meleburkan diri ke dalam kelompok manusia, lalu dengan segala kerendahan hati, khusyuk, dan tunduk bersama-sama memuji, membesarkan, dan menyucikan Allah,” ujarnya.
Mengunjungi negeri tempat awal munculnya agama Islam dan menyaksikan tempat-tempat bersejarah dalam perjuangan Rasulullah SAW, menjadi pengalaman yang hebat sepanjang hidupnya. “Dari pengalaman ini, saya terdorong untuk mencontoh kehidupan Rasulullah,” ujarnya.
Dia juga melihat ibadah haji sebagai sarana untuk memperkukuh rasa persaudaraan di kalangan kaum Muslimin di seluruh dunia. Perbezaan warna kulit dan jarak antara satu dan yang lain tidak menjadi penghalang. Segala perbezaan kesukuan dan mazhab dikesampingkan pada saat itu. “Kesatuan akidah umat Islam telah menjadi persaudaraan yang kukuh kuat, persaudaraan yang telah memberikan inspirasi kepada mereka untuk dapat mewarisi kebesaran nenek moyang mereka,” tegasnya.
Pengalamannya selama menunaikan haji ini, kemudian ia tulis dalam sebuah buku berjudul Pilgrimage to Mecca. Buku ini dilancarkan pertama kali pada tahun1934. Seiring perjalanan waktu dan usia yang cukup lanjut, perempuan bangsawan kerajaan Inggris ini akhirnya meninggal dunia pada Januari 1963.
Kredit to-Berita Bulan
ooo ada gak kerabat omputih yang masuk islam upanyer..
ReplyDelete